CARA KE 1
Induk ikan lele SANGKURIANG yang akan digunakan dalam
kegiatan proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki
karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi,
fekunditas, daya tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik
tersebut dapat diperoleh ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses
seleksi yang ketat.
Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele SANGKURIANG antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm.
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.
Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang. Induk lele SANGKURIANG sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok dengan padat tabr 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir ataupun air diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari.
III.2. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele SANGKURIANG dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 : 2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan, dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban untuk meletakkan telur disimpan di dasar kolam.
Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan sperma dari jantan berat 0,7 kg).
Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk.
Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 10 – 14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk.
Prosedur pemijahan buatan meliputi:
Pemeriksaan ovulasi telur pada induk betina,
Pengambilan kantung sperma pada ikan jantan,
Pengenceran sperma pada larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dengan perbandingan 1 : 50 – 100,
Pengurutan induk betina untuk mengeluarkan telur,
Pencampuran telur dan sperma secara merata untuk meningkatkan pembuahan (fertilisasi),
Penebaran telur yang sudah terbuahi secara merata pada hapa penetasan.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele SANGKURIANG menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25 oC. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva umur 4 – 5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.
III.3. Pendederan I dan Pendederan II
Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex, Daphnia, Moina atau pakan buatan dengan dosis 10 – 15% bobot biomass.
Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele SANGKURIANG antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm.
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.
Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang. Induk lele SANGKURIANG sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok dengan padat tabr 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir ataupun air diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari.
III.2. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele SANGKURIANG dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 : 2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan, dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban untuk meletakkan telur disimpan di dasar kolam.
Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan sperma dari jantan berat 0,7 kg).
Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk.
Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 10 – 14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk.
Prosedur pemijahan buatan meliputi:
Pemeriksaan ovulasi telur pada induk betina,
Pengambilan kantung sperma pada ikan jantan,
Pengenceran sperma pada larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dengan perbandingan 1 : 50 – 100,
Pengurutan induk betina untuk mengeluarkan telur,
Pencampuran telur dan sperma secara merata untuk meningkatkan pembuahan (fertilisasi),
Penebaran telur yang sudah terbuahi secara merata pada hapa penetasan.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele SANGKURIANG menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25 oC. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva umur 4 – 5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.
III.3. Pendederan I dan Pendederan II
Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex, Daphnia, Moina atau pakan buatan dengan dosis 10 – 15% bobot biomass.
CARA KE 2
I. PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis
ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat
Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Pengembangan usaha budidaya ikan ini
semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada
tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih
cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demikian
perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik
menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya
perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas
penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati
dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan
harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversation
Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan
Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik
untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Perekayasaan ini meliputi produksi
induk melalui silang-balik (tahun 2000), uji keturunan benih dari induk hasil
silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi produksi induk silang-balik (tahun
2002-2004). Hasil perekayansaan ini (lele sangkuriang) memiliki karakteristik
reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lele dumbo yang
saat ini beredar di masyarakat.
Budidaya lele sangkuriang (Clarias
sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya lele
sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai
pembesaran.
II. TEKNIK
PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG
2.1. Pematangan
Gonad
Pematangan gonad lele sangkuriang
dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 50 m2,
keringkan selama 2-4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam, isi air setinggi
50-70 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 300 ekor induk ukuran 0,7-1,0
kg, beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele dumbo sebanyak 3% setiap
hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.2. Pematangan di bak
Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya,
siapkan baktembok ukuran panjang 8m, lebar 4m dan tinggi 1m; keringkan selama
2-4 hari, isi air setinggi 80-100 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 100
ekor induk, beri pakan tambahan (pellet) sebanyak 3 persen/hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.3.Seleksi
Seleksi induk lele sangkuriang dilakukan
dengan melihat tanda-tanda pada tubuh.
Tanda induk betina yang matang gonad :
- perut gendut dan tubuh agak kusam
- gerakan lamban dan punya dua lubang
kelamin
-
satu lubang telur satu lubang
kencing
- alat kelamin kemerahan dan agak
membengkak
Tanda induk jantan yang matang gonad :
- gerakan lincah, tubuh memerah dan
bercahaya
- punya satu lubang kelamin yang
memanjang, kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih.
2.4. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning),
pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial
breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan
betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di
bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan
dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang
kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara
merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian
dipijahkan secara buatan.
- Pemijahan Alami
- Siapkan bak berukuran panjang 2m, lebr
1m, dan tinggi 0,4 m
- Keringkan selama 2-4 hari
- Isi air setinggi 30 cm dan biarkan
mengalir selama pemijahan
- Pasang hapa halus seusai ukuran bak
- Masukkan ijuk secukupnya
- Masukkan 1 ekor induk betina yang sudah
matang gonad pada siang atau sore hari
- Masukkan pula 1 ekor induk jantan
- Biarkan memijah
- Esok harinya tangkap kedua induk dan biarkan
telur menetas di tempat itu.
Hasil pemijahan alami lele sangkuriang
biasanya kurang memuaskan. Jumlah telur yang keluar tidak banyak.
B. Pemijahan Semi Alami
- Perbandingan induk jantan dan betina 1:1 baik jumlah
maupun berat
- Penyuntikkan langkahnya sama dengan pemijahan buatan
- Pemijahan langkahnya sama dengan pemijahan alami
C. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan memerlukan keahlian khusus. Dua langkah
kerja yang harus dilakukan dalam sistem ini adalah penyuntikkan, pengambilan
sperma dan pengeluaran telur.
- Penyuntikkan dengan ovaprim
Penyuntikkan adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang
ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang digunakan adalah ovaprim.
Caranya, siapkan induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,3 mil ovaprim untuk
setiap kilogram induk; suntikkan ke dalam tubuh induk tersebut; masukkan induk
yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 jam.
- Penyuntikkan dengan hypofisa
Penyuntikkan bisa juga dengan ekstrak kelenjar hypofisa
ikan mas atau lele dumbo. Caranya siapkan induk betina yang sudah matang gonad
; siapkan 1,5 kg ikan mas ukuran 0,5 kg; potong ikan mas tersebut secara
vertikal tepat di belakang tutup insang; potong bagian kepala secara horizontal
tepat dibawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypofisa; masukkan ke
dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukkan 1 cc aquabides dan aduk hingga
rata; sedot larutan hypofisa itu; suntikkan ke dalam tubuh induk betina;
masukkan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selama 10 jam.
- Pengambilan Sperma
Setengah jam sebelum pengeluaran tleur; sperma harus
disiapkan. Caranya:
1. Tangkap induk
jantan yang sudah matang kelamin
2. Potong secara
vertikal tepat di belakang tutup insang
3. Keluarkan
darahnya
4. Gunting kulit
perutnya mulai dari anus hingga belakang insang
5. Buang organ
lain di dalam perut
6. Ambil kantung
sperma
7. Bersihkan
kantung sperma dengan tisu hingga kering
8. Hancurkan
kantung sperma dangan cara menggunting bagian yang paling banyak
9. Peras spermanya
agar keluar dan masukkan ke dalam cangkir yang telah diisi 50 ml (setengah
gelas) aquabides
10. Aduk hingga
homogen.
2.5. Pengeluaran Telur
Pengeluaran telur dilakukan setelah 10
jam dari peyuntikkan, namun 9 jam sebelumnya diadakan pengecekkan.
Cara pengeluaran telur:
1. Siapkan 3 buah
baskom plastik, 1 botol Natrium Chlorida (infus), sebuah bulu ayam, kain lap
dan tisu
2. Tangkap induk
dengan sekup net
3. Keringkan tubuh
induk dengan lap
4. Bungkus induk
dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka
5. Pegang bagian
kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya
6.
Pijit bagian perut ke arah lubang
telur
7.
Tampung telur dalam baskom plastic
8.
Campurkan larutan sperma ke dalam
telur
9.
Aduk hingga rata dengan bulu ayam
10.
Tambahkan Natrium Chlorida dan aduk
hingga rata
11.
Buang cairan itu agar telur-telur
bersih dari darah
12.
Telus siap ditetaskan.
2.6. Penetasan
Penetasan lele sangkuriang dimasukkan ke dalam bak
tembok. Caranya :
1. Siapkan sebuah
bak tembok ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m
2. Keringkan
selama 2-4 hari
3.
Isi bak tersebut dengan air setinggi
30 cm dan biarkan air mengalir selama penetasan
4. Pasang hapa
halus yang ukurannya sama dengan bak
5. Beri pemberat
agar hapa tenggelam (misalnya kawat behel yang diberi selang atau apa saja
6. Tebarkan telur
hingga merata ke seluruh permukaan hapa
7. Biarkan telur
menetas dalam 2-3 hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan
pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan
penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi.
Peningkatan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele sangkuriang menetas 30-36 jam setelah
pembuahan pada suhu 22-25 0C. Larva lele yang baru menetas memiliki
cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai
sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur
dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi.
Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan
setelah larva berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan
berwarna hitam.
III. MANAJEMEN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
Kegiatan budidaya lele sangkuriang di
tingkat pembenih/pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya
penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembenihan, penyakit banyak
ditimbulkan oleh adanya serangan organisme pathogen sedangkan pada kegiatan
pembesaran, penyakit biasanya terjadi akibat buruknya penanganan kondisi
lingkungan.
Kegagalan pada kegiatan pembenihan ikan
lele dapat diakibatkan oleh serangan organisme predator (hama) ataupun
organisme pathogen (penyakit). Organisme predator yang biasanya menyerang
antara lain insekta, ular, atau belut. Serangan lebih banyak terjadi bila
pendederan benih dilakukan di kolam tanah dengan menggunakan pupuk kandang.
Sedangkan organisme pathogen yang lebih sering menyerang adalah Ichthiopthirius
sp, Trichodina sp, Dacttylogyrus sp, dan Aeromonas hydrophyla.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan
dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air
sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan
pembersihan pematang kolam dan pemasangan kolam di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat
dilakukan dengan manajemen lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan
yang teratur dan mencukupi. Bila serangan sudah terjadi,benih harus dipanen
untuk diobati. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Manajemen
lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada
kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam dan tanah, persiapan kolam meliputi
pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan,
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada
kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan
kolam meliputi pengeringan, disinfeksi (bila diperlukan), pemupukan, pengairan
dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi
air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan probiotik.
CARA KE3
- PERSIAPAN KOLAM PEMIJAHAN
Siapkan kolam ukuran 2 X 2 meter
untuk memijahkan sepasang
atau 2 betina 1 jantan.
Sebelum digunakan cuci bersih kolam
dan keringkan selama 1 – 2 hari.
Isi dengan air setinggi 30 cm jangan
menggunakan air PDAM atau air hujan gunakan air sumur yang telah diendapkan.
2. PERSIAPAN KAKABAN
Kakaban bisa dibuat dengan ijuk atau
keramba untuk tempat menempelnya telur
Sebelum di gunakan cuci bersi
kakaban.
Kemudian pasang kakaban hingga
menutupi 80 % dasar kolam
Kakaban yang sudah dipasang didasar
kolam datahan bamboo dan batu agar kakaban setelah diisi air tidak naik keatas.
3.PERSIAPAN INDUKAN
Siapkan indukan yang siap pijah.
Berikut adalah ciri-ciri induk ikan
lele yang sudah siap dipijahkan:
- Indukan Jantan
– Urogenital papilla (kelamin)
berwarna kemerahan dan memanjang hingga ke sirip.
– Gerakannya lincah.
– Perutnya lebih langsing dan
kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
- Indukan betina
– Urogenital papilla (kelamin)
berwarna kemerahan.
– Gerakannya lambat.
– Perutnya lebih gembung dan
bila diraba akan tersah lembek.
– Bila bagian perut di
stripping/urut dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan
kekuning-kuningan (ovum/telur.
Pilihlah indukan lele jantan dan
betina yang memiliki berat yang seimbang. indukan lele minimal berumur 1 tahun.
Dan harus lebih tua indukan betina
dari pada jantan walapun hanya 1 bulan agar menghasilkan keturunan yang
baik.
4. PROSES PEMIJAHAN
Setelah semua media siap, lepaskan
indukan kedalam kolam pemijahan pelepasan indukan sebaiknya pagi atau sore
hari. bisanya proses pemijahan terjadi pada malam hari jam 10:00 – 05:00 wib.
Yang diawali dengan saling kejar
kejaran antara induk jantan dan induk betina.
Kemudian terjadilah pemijahan pada
saat indukan betina mengeluarkan telur dan indukan jantan mengeluarkan seperma
hingga terjadi pembuahan.
Apabila pagi harinya sudah terlihat
telur telur menempel dikakaban angkat indukan dengan pelan2 pindahkan
kekolam pemeliharan indukan.
5. PENETASAN TELUR
Penetasan telur dapat dilakukan
dikolam pemijahan atau dipindahkan kekolam penetasan yang telah disiapkan.
telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu sedangkan telur yang terbuahi
berwarna kuning transparan. Telur akan menetas selama 24 jam. Selama
proses penetasan aerasi harus selalu terpasang.
6. PEMELIHARAAN LARVA
Setelah 3 hari sesudah penetasan
angkat kakaban secara perlahan lahan keluar dari kolam dan pastikan semua larva
keluar dari kakaban apabila mengunakan ijuk. Larva yang lemah ini belum diberi
makan karna masih memiliki cadangan makan berupa kantung telur yang akan
diserap sebagai sumber makan bagi larva. Setelah larva berumur 5 hari berikan
pakan alami berupa cacing sutra, cacing darah, atau kutu air. Frekuensi
pemberian pakan 3 – 4 kali sehari
Dengan interval waktu 4 jam sekali
yaitu jam 8 pagi, jam 12 siang, jam 4 sore dan jam 8 malam. selama perawatan
larva aerasi harus masih tetap terpasang.
Pemberian pakan alami berupa cacing
sutra, cacing darah, atau kutu air hingga larva berumur 15 hari pada hari ke 16
larva sudah bisa diberikan pakan pellet serbuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar